Rabu, 02 September 2015

Astangga Yoga



Ketut Edi Ariawan,S.Ag.,M.Pd.H

PENGENDALIAN FIKIRAN–FIKIRAN LIAR ITULAH YOGA
(Yoga Sutra Patanjali I. 2)

A. SEJARAH DAN MITOLOGI.
            Banyak orang menghubungkan Asana dengan latihan-latihan olah raga senam atau teknik-teknik pembentukkan tubuh lainnya (fitness). Ini adalah pengertian yang salah sama sekali. Yoga berarti pengalaman dari keutuhan atau kesatuan dengan keadaan batin kita. Kesatuan ini muncul setelah mengahancurkan dualitas fikiran dan masalah kedalam kesadaran tertinggi. Asana berarti suatu keadaan tubuh dimana anda tetap mantap, tenang, santai, dan nyaman baik secara fisik maupun secara mental.
            Dalam tulisan kuno tentang Yoga oleh Maha Rsi Patanjali dalam kitabnya Yoga Sutra, ada definisi singkat tentang Yoga Asana : Sthiram Sukham Asanam yang berarti bahwa “ Keadaan yang nyaman dan mantap”. Jadi kita dapat melihat bahwa Yoga Asana dalam hal ini dilaksanakan untuk memperkuat kemampuan seseorang untuk duduk pada suatu posisi tanpa kegelisahan untuk jangka waktu yang lama.
            Asana juga dapat dilakukan untuk alasan-alasan  penyembuhan atau kesehatan. Dengan merentangkan otot-otot dengan lembut, memijat organ-organ tubuh bagian dalam dan menyelaraskan urat-urat dan syaraf diseluruh tubuh, sehingga kesehatan dari orang yang melakukan Asana dapat ditingkatkan dan banyak penyakit dapat disembuhkan.
            Sebutan Yoga Asana ditemukan dalam kesusastraan umat yang paling tua yaitu Veda yang penuh dengan kebijaksanaan Spiritual, yang disusun oleh para Maha Rsi dan guru-guru terkenal pada masa itu. Dipercaya bahwa pengetahuan Yoga bahkan jauh lebih tua dari Veda itu sendiri.
            Dalam penggalian kepurbakalaan yang dilakukan di Harappa dan Mohanjodaro yang sekarang disebut Pakistan, banyak patung yang ditemukan yang melukiskan Dewa Siva dan Parvati (permaisurinya) sedang melakukan yoga asana yang berbeda. Puing-puing ini pernah menjadi tempat kediaman bagi orang yang hidup pada masa pra-Veda, bahkan sebelum peradapan bangsa Arya di India.
            Menurut berbagai sumber kitab suci, Dewa Siva adalah pendiri dari Yoga, termasuk asanas. Beliau menciptakan semua Asanas dan mengajarkan pada murid pertamanya yaitu Parvati. Dikatakan bahwa semula ada 8.400.000 pose asana yang menunjukkan 8.400.000 inkarnasi dimana setiap orang harus melewatinya sebelum mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Asana-Asana ini menggambarkan perubahan yang progresif dari bentuk kehidupan yang paling sederhana menjadi manusia yang benar-benar sadar, dipercaya bahwa dengan melakukan gerakan Asana seseorang dapat melintasi semua kehidupan dalam satu kehidupan dan menyongsong kemajuan yang menentukan dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.
            Sepanjang abad asana ini telah dirubah dan dkurangi jumlahnya oleh para Maha Rsi dan para Yogi sehingga sekarang tidak lebih dari beberapa ratus yang diketahui, dari jumlah ini hanya delapan puluh empat yang dibicarakan secara terperinci dan hanya tiga puluh dua yang biasa diingat karena berguna bagi orang modern.
            Sekarang dijaman modern ini Yoga asanas mulai menyebar di seluruh dunia, pengetahuan ini cepat menjadi milik semua orang, banyak Dokter dan Ilmuwan yang menganjurkan latihan Yoga ini. Orang-orang terkenal menyadari bahwa Yoga tidak hanya untuk para Rsi dan pertapa, tapi Yoga untuk semua orang.

B. Yoga Asana dan Sistem Kesehatan Lainnya.
            Yoga Asana memiliki arti yang lebih bernilai dalam perkembangan fisik, mental, dan kepribadian spiritual. Sedangkan latihan-latihan lainnya murni hanya memiliki pengaruh fisik pada otot dan tulang. Latihan-latihan fisik dilakukan dengan cepat dan banyak menggunakan pernafasan yang berat dan hanya melatih otot tertentu saja dan tentunya akan memerlukan makanan dan persediaan  darah yang lebih banyak, akibatnya jantung dan system pernafasan harus bekerja lebih keras lagi, dengan cara ini telah terjadi pembuangan energi Vital atau Prana.
            Latihan-latihan senam, angkat berat dan lainnya tidak cocok bagi setiap orang, orang yang sakit, lemah, dan anak kecil atau orang tua pasti tidak dapat melakukan latihan tersebut. Lebih jauh lagi semua bentuk latihan itu tidak dapat memberikan relaksasi dan peremajaan kembali yang diperlukan tubuh. Yoga asana sepenuhnya berbeda dari pola latihan tadi, Yoda Asana dilakukan secara perlahan dengan relaksasi dan konsentrasi tinggi. Dengan cara ini baik system eksternal maupun system Internal akan terpengaruh sehingga susunan syaraf, kelenjar-kelenjar endokrin dan organ tubuh bagian dalam dan juga otot-otot didorong  untuk berfungsi lebih baik. Karena itu Asana memiliki pengaruh fisik dan kejiwaan yang berguna untuk penyembuhan berbagai penyakit.

C. ARTI DAN DIFIINISI YOGA
  1. Yoga berasal dari kata  Yuj” yang berarti hubungan / menuju Tuhan (menghubungkan diri kepada Tuhan )
  2. Difinisinya adalah : umtuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan dan kecendrungan alam pikiran. Untuk mengatur semua pemikiran-pemikiran dan kegelisahan tetap tak terpengaruh penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik.



* PENGERTIAN YOGA DARI BEBERAPA KITAB SUCI  &  PARA YOGA
  1. Ajaran yoga adalah ilmu pengetahuan kerohanian yang sudah tua umurnya ia merupakan salah satu sistem enam filsafat india yang disebut Sad Darsana.
  2. Rsi Patanjali telah menyusun sebuah kitab yang berjudul “Yoga Sutra Patanjali”yang menguraikan tentang pengertian dan hakekat tujuan ajaran yoga secara keseluruhan. isinya mengandung nilai yang sifatnya teori dan  praktis, menyangkut etika atau moral, filsafat, kesehatan fisik dan mental.
  3. Perkataan yoga berasal dari urut kata (Sansekerta) yaitu : Yuj (Yuga)yang berarti menghubungkan  atau bersatu dalam dimensi kerohanian atau kebatinan yang merupakan proses/jalan utama untuk mencapai tujuan yaitu kebebasan abadi atau bersatunya jiwa dengan Brahman/Tuhan (Moksa).
  4. Dalam Yoga Sutra Patanjali dinyatakan dalam sutra II sebagai berikut : Yogascitta Vritti Nirodha artimya yoga adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran  ini timbul oleh pengaruh gerakan antakarana manas citta, ahangkara dan budhi.
  5. Apabila virtis (gelombang pikiran dapat didiamkan )maka jiwa (sang guru akan bersatu dengan Tuhan/Paramaatma )jiwa alam semesta, atau jiwa dapat tetap tinggal dalam keadaan dirinya sendiri, jika tidak demikian maka sang jiwapun  akan tetap berkumpul dengan gerakan-gerakan cipta.
  6. Gerakan-gerakan cipta menimbulkan rasa suka dan duka yoga adalah berarti jalan yang utama untuk membebaskan ikatan jiwa dengan materi keduniawian yang memberikan kebahagian abadi atau Sad, Cit dan Ananda atau jiwa dalam keadaan moksa. Dasar dari segala yoga adalah tidak terikat dengan pengaruh hawa nafsu atau Indra dan materi keduniawian atau Vairagga (pelepasan) nafsu merupakan titik yang penting dalam bentuk semua yoga.

D. RUANG LINGKUP AJARAN YOGA

  1. Bahwa yoga merupakan bagian dari enam filsafat hindu (Sad Darsana)
  2. Dalam kitab Yoga Sutra Patanjali yang disebut kelompok Astangga Yoga, sistematikanya terdiri dari 4 Bab dan 194 sutra tiap-tiap Bab masing-masing terdiri dari beberapa materi yang diajarkan .
  3. Bab I : terdiri dari 51 sutra yang isinya memuat tentang pengajaran yoga dalam                          hal samadi.
  4. Bab II : terdiri dari 55 sutra yang memuat ajaran tentang cara-cara untuk mencapai yoga dalam praktek
  5. Bab III : terdiri dari 54 sutra yang mengungkap materi ajaran kelepasan ( cara untuk mencapai moksha) secara teknis oprasional.

E. Manfaat Umum Yoga Asana.
Tanda-tanda pertama dari latihan Toga adalah pikiran yang jernih,
sehat, bebas dari hawa nafsu, muka berseri, suara yang indah,
 dan bau badan yang menyenangkan.

                  (Svetasvatara Upanisad)

Fisik : Jaringan otot dan tulang, syaraf, kelenjar, system pernafasan, system pembuangan, dan system peredaran darah diselaraskan  sehingga semua system jaringan tersebut harmonis dan saling membantu. Asana membuat tubuh lentur dan mampu mengatur dirinya dengan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan. Fungsi-fungsi pencernaan dirangsang agar jumlah yang tepat dari getah-getah pencernaan (air liur, enzim dll) dapat mengalir sempurna.
Mental : Asana membuat fikiran kuat dan mampu menahan rasa sakit dan kemalangan, kita akan mampu menghadapi penderitaan , kegelisahan, dan masalah-masalah dunia tenang tanpa terganggu. Keseimbangan pikiran dikembangkan, hidup menjadi mudah dan berbagai kesulitan menjadi batu loncatan untuk menyempurnakan kesehatan mental. Latihan Asana melepaskan berbagai kemampuan terpendam sehingga seseorang mampu menyebarkan kepercayaan dan membangkitkan orang lain dengan ucapan, tingkah laku dan perbuatannya.
Spiritual : Asana merupakan langkah ketiga dari delapan tahapan jalan Raja Yoga. Yaitu Yama, Nyama merupakan pengendalian diri tahap awal Asana yang merupakan sikap tubuh yang sempurna, Pratyahara penarikan Indera-iondera, Dharana adalah konsentrasi, dyanam yang merupakan meditasi, dan terakhir adalah Samadhi yaitu penyatuan atau realisasi kosmis. Meskipun Asana sendiri tidak dapat memberikan kesadaran spiritual tetapi Asana merupakan tahapan yang mutlak dilewati pada jalan spiritual. Asana marupakan kebutuhan bagi orang-orang yang tertarik pada jalan spiritual untuk membangkikan segala kemampuan  batiniah mereka.

F. ATURAN-ATURAN YOGA

  • Serahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan karena semua yang ada adalah miliknya,ingatlah senantiasa pada-Nya.
  • Jangan mengembangkan kebiasaan buruk.
  • Jangan sampai gagal untuk memenuhi kewajiban anda sehari-hari,ingatlah pada kematian setiap hari.
  • Jangan menyinggung perasaan orang lain (Ahimsa parama Dharma).
  • Jauhkan diri anda dari pergaulan yang tidak baik,bergaulah kepada orang-orang yang budiman (Sat Sangka).
  • Berikan 10% dari penghasilan anda untuk kedarmawaan atau yajna dari keuntungan anda.
  • Hiduplah gembira dengan mengembangan kesentosaan yang sungguh-sungguh
  • Makanlah makanan yang bersih (Shubda  ahara).kembangkan kelakuan yang jujur.berkatalah yang sebenarnya, lakukan perbuatan yang baik dan tanyakan pada diri anda : ( SIAPA AKU INI ).
  • Kembangkan kekuatan kemauan denagan jalan kesabaran, ketetapan hati, meditasi dan hilangkan kesan-kesan dlam pikiran.
  • Lupakan kesalahan dan kegagalan anda yang sudah lalu, jangan berangan-angan,bergembiralah senantiasa, hiduplah tetap dengan apa yang ada sekarang,tersenyumlah pada siapa saja yang anda temukan tiap hari kalau anda  mengerjakan sesuatu, pakailah salah satu pikirkan bijiksana apa yang kita lakukan adalah untuk bhakti kepada Tuahn.

G. TUJUAN YOGA
  • Menuntun seseorang untuk menuju suasana hidup yang nyaman,tenang,penuh dengan kedamaian dan kebahagian.
  • Mengantarkan atma(jiwa) menyatu dengan paramaatma(Brahman)dan tidak terikat dalam siklus kelahiran dan kematian.
  • Keadaan ini disebut Moksa,didalam ini lah para Yogi atau orang-orang yang berhasil mencapai yoga,akan mengalami kebenaran,kesadaran dan kebahagiaan sejati kesucian pikiran,dan keseimbangan jiwa dalam tingkatannya tertinggi..
  • Ajaran suci Weda,Upanisad,Sad Darsana ( Filsafat Hindu ) adalah menjadi sumber acuan para Rsi dan Yogi untuk menuntun jalannya hidup manusia agar tidak sesat dan tepat bisa sampai pada tujuannya.

ASTANGGA YOGA
Ada banyak jalan untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang berbeda-beda itu tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah penyatuan tertinggi antara Atman dengan Brahman. Kita lahir berulang kali untuk meningkatakan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual yanag berbeda pula. Semua jalan rohani yang ada di dunia ini penting karena ada orang-orang yang membutuhkan ajarannya. Penganut suatu jalan rohani dapat saja tidak memiliki pemahaman lengkap tentang sabda Tuhan dan tidak akan pernah selama masih berada dalam jalan rohani tersebut. Jalan rohani itu merupakan sebuah batu loncatan untuk pengetahuan yang lebih lanjut. Setiap jalan rohani memenuhi kebutuhan rohani yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh jalan rohani yang lain. Tidak satupun jalan rohani yang memenuhi kebutuhan semua orang di segala tingkat. Saat satu individu masih tingkat pemahamannya tentang Tuhan dan perkembangan dalam dirinya, dia mungkin merasa tidak terpenuhi oleh pengajaran jalan rohani sebelumnya dan mencari jalan rohani yang lain untuk mengisi kekosongannya. Bila hal itu terjadi, maka orang tersebut telah meraih tingkat pemahaman yang lain dan akan merindukan kebenaran serta pengetahuan yang lebih luas, dan kemungkinan lain untuk tumbuh.
Dengan demikian kita tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain. Semua berharga dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan tetapi kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih kebenaran, kita perlu mendengarkan roh dan melepas ego kita. Dan Yoga sebagai salah satu jalan yang bersifat universal adalah salah satu jalan rohani dengan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kemapuan spiritual seseorang.
Ajaran Yoga ternyata juga termuat dalam sastra Hindu. Beberapa sastra Hindu tersebut adalah Upanisad, Bhagavad Gita, Yogasutra, dan Hatta Yoga. Kemudian, ajaran yoga mengalami pengklasifikasian, yang terdapat pada sastra Hindu, Bhagavad gita. Klasifikasi tersebut adalah,
  1. Hatha Yoga, yaitu yoga yang dilakukan dengan pose fisik (Asana), teknik pernafasan (Pranayana) disertai dengan meditasi. Ketiga poin ini dilakukan untuk membuat pikiran menjadi tenang dan tubuh sehat penuh vitalitas.
  2. Bhakti Yoga, yaitu yoga yang memfokuskan diri untuk menuju hati. Jika seorang yogi berhasil menerapkannya, maka dia akan dapat melihat kelebihan orang lain dan cara untuk menghadapi sesuatu. Keberhasilan yoga ini juga membuat yogis menjadi lebih welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya, karena dalam yoga ini diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan.
  3. Raja Yoga, yaitu yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan kontemplasi. Yoga ini nantinya akan mengarah pada cara penguasaan diri sekaligus menghargai diri sendiri dan sekitarnya. Raja yoga merupakan dasar dari yoga sutra.
  4. Jnana Yoga, yaitu yoga yang menerapkan metode untuk meraih kebijaksanaan dan pengetahuan. Teknik ini cenderung untuk menggabungkan antara kepandaian dan kebijaksanaan, sehingga nantinya mengdapatkan hidup yang dapat menerima semua filosofi dan agama.
  5. Karma Yoga, yaitu yoga ini mempercayai adanya reinkarnasi. Di sini Anda akan dibuat untuk menjadi tidak egois, karena yakin bahwa perilaku Anda saat ini akan berpengaruh pada kehidupan yang akan datang.
  6. Tantra Yoga. Untuk yoga ini sedikit berbeda dengan yoga yang lain, bahkan ada yang menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Teknik pada yoga ini terdiri atas kebenaran (kebenaran) dan hal-hal yang mistik (mantra). Tujuan dari teknik ini supaya dapat menghargai pelajaran dan pengalaman hidup.
Dalam masyarakat Indonesia, yoga sudah dikenal luas oleh berbagai kalangan. Kekawin Arjuna Wiwaha 11.1 menyebutkan kata Yoga dengan sangat jelas; “Sasi wimba heneng ghata mesi banu Ndanasing, suci nirmala mesi wulan Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin Ring angambeki Yoga kiteng sakala, Bagaikan bulan di dalam tempayan berisi air. Di dalam air yang suci jernih tampaklah bulan. Sebagai itulah Dikau (Tuhan) dalam tiap mahluk. Kepada orang yang melakukan Yoga Engkau menampakkan diri”. Jadi pada dasarnya semua aliran kepercayaan yang menjadikan Yoga atau Meditasi sebagai pegangan utamanya pada dasarnya adalah pengikut ajaran Veda.
2.2       Konsep Astangga Yoga
Dalam menjalankan yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga artinya delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).
1. Panca Yama Brata
Panca yama Brata adalah lima pengendalian diri tingkat jasmani yang harus dilakukan tanpa kecuali. Gagal melakukan pantangan dasar ini maka seseorang tidak akan pernah bisa mencapai tingkatan berikutnya. Penjabaran kelima Yama Bratha ini diuraikan dengan jelas dalam Patanjali Yoga Sutra II.35 – 39.
  1. Ahimsa atau tanpa kekerasan. Jangan melukai mahluk lain manapun dalam pikiran, perbuatan atau perkataan. (Patanjali Yoga Sutra II.35)
  2. Satya atau kejujuran/kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, atau pantangan akan kecurangan, penipuan dan kepalsuan. (Patanjali Yoga Sutra II.36)
  3. Astya atau pantang menginginkan segala sesuatu yang bukan miliknya sendiri. Atau dengan kata lain pantang melakukan pencurian baik hanya dalam pikiran, perkataan apa lagi dalam perbuatan. (Patanjali Yoga Sutra II.37)
  4. Brahmacarya atau berpantang kenikmatan seksual. (Patanjali Yoga Sutra II.38)
  5. Aparigraha atau pantang akan kemewahan; seorang praktisi Yoga (Yogin) harus hidup sederhana. (Patanjali Yoga Sutra II.38)


2. Panca Niyama Bratha
Panca Nyama Brata adalah lima penengendalian diri tingkat rohani dan sebagai penyokong dari pantangan dasar sebelumnya diuraikan dalam Patanjali Yoga Sutra II.40-45.
  1. Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut (Patanjali Yoga Sutra II.40). Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan (1) saumanasya atau keriangan hati, (2) ekagrata atau pemusatan pikiran, (3) indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu, (4) atmadarsana atau realisasi diri (Patanjali Yoga Sutra II.41).
  2. Santosa atau kepuasan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transendental (Patanjali Yoga Sutra II.42).
  3. Tapa atau mengekang. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual (Patanjali Yoga Sutra II.43).
  4. Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa yang dicita-citakannya (Patanjali Yoga Sutra II.44).
  5. Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi (Patanjali Yoga Sutra II.45).
Kebalikan dari sepuluh kebaikan yang harus diwujudkan (Yama dan Niyama) disebut sebagai vitarka, yaitu kesalahan-kesalahan yang harus dengan teliti dijauhkan dan dihilangkan, yaitu:
1.      Himsa atau kekerasan dan tidak sabar sebagai lawan ahimsa
2.      Asatya atau kepalsuan sebagai lawan dari satya
3.      Steya atau keserakahan sebagai lawan dari asteya
4.      Vyabhicara atau kenikmatan seksual sebagai lawan dari brahmacarya
5.      Asauca atau kekotoran sebagai lawan dari sauca
6.      Asantosa atau ketidakpuasan sebagai lawan dari santosa
7.      Vilasa atau kemewahan sebagai lawan tapa
8.      Pramada atau kealpaan sebagai lawan svadhyaya
9.      Prakrti-pranidhana atau keterikatan pada prakrti sebagai lawan dari isvarapranidhana
Dengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan sendirinya dilindungi terhadap kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti orang lain belum tentu berarti perlakukan orang lain dengan baik. Kita harus melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus melakukan keramah-tamahan.
3. Asana
Asana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relax, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistim saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relaks antara lain : silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (metimpuh-bhs. Bali, menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap keatas. Di bawah ini adalah macam-macam gerakan Asana meburut Gheranda Samhita.
GERAKAN MENURUT GHERANDA SAMHITA
No
Nama Asana
Sikap / Pose
Manfaat
1
Siddhasan
Sikap Duduk Yang Lurus
Untuk Mendapatkan Keberhasilan
2
Padmasan
Sikap Duduk Teratai
Menghilangkan Segala Macam Penyakit
3
Bhadrasan
Duduk Diatas Tumit Yang Terbalik
Menghilangkan Segala Macam Penyakit
4
Muktasan
Duduk Diatas Kaki Yang Kiri Kemudian Taruh Diatas
Untuk Keberhasilan
5
Vajrasan
Duduk Diatas Kedua Telapak Kaki
Untuk Pencernaan
6
Svastikasan
Duduk Dengan Kaki Dilipat Dibawah Dan Yang Lainnya Di atas
Untuk Keberhasilan
7
Singhasan
Duduk Seperti Sikap Singa
Untuk Menghilangkan Penyakit
8
Gomukhasan
Duduk Seperti Wajah Sapi
Mengatasi Penyakit Jantung
9
Virasan
Sikap Seorang Pemberani
Menumbuhkan Sikap Pemberani
10
Dhanurasan
Postur Seperti Busur
Melenturkan Tulang Belakang
11
Mritasan
Postur Badan Seperti Mayat
Untuk Tensi Darah Rendah
12
Guptasan
Kedua Kaki Sembunyi Dibawah paha
Untuk Melenturkan Kedua Kaki
13
Matsyasan
Sikap seperti Ikan
Untuk Menghilangkan Penyakit
14
Pascimottanasan
Sikap duduk Dengan kedua Kaki Lurus
Untuk Penyakit Pencernaan
15
Matsyendrasan
Sikap Ikan Terbalik
Untuk Penyakit Pencernaan
16
Goraksasan
Duduk Diatas Kedua Kaki
Untuk Keberhasilan
17
Utkatasan
Duduk Diatas Tumit Kaki
Untuk Kesehatan Seluruh Tubuh
18
Sankatasan
Melipat Kedua Kaki
Melenturkan Kedua Kaki
19
Mayurasan
Sikap Merak
Menguatkan Pencernaan
20
Kukutasan
Sikap Ayam
Untuk Kedua Tangan Dan Penyakit Wasir
21
Kurmasan
Sikap Kura-kura
Untuk Memanjangkan Nafas
22
Uttan Kurmasan
Sikap Kura-kura II
Untuk Nafas,Kesehatan dan Penyakit Perut
23
Uttan Mandukasan
Sikap Kodok
Untuk Kekuatan Badan
24
Vriksasan
Sikap Pohon
Untuk Kesetabilan Dua
25
Mandukasan
Sikap Kodok II
Untuk Pernafasan
26
Garudasan
Sikap Garuda
Untuk Prostat
27
Vrisasan
Sikap Sapi Jantan
Untuk Hernia
28
Salabhasan
Sikap Kalajengking
Segala Jenis Penyakit Perut
29
Makarasan
Sikap Buaya
Untuk Menghilangkan Stress Dan Sangat Bagus Untuk Leher
30
Ustrasan
Sikap Unta
Untuk Leher Yang Kaku
31
Bhujangasan
Sikap Ular
Mengeluarkan Racun Dari Badan
32
Yogasan
Sikap Duduk Nyaman Dan Stabil
Untuk Memberikan Rasa Nyaman Dan Stabil Pada Saat Meditasi




4. Pranayama
Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik.. Pranayama terdiri dari : Puraka yaitu memasukkan nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan Recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu : muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun.
Pranayama adalah teknik mengolah pernapasan yang baik untuk memasukan prana sehingga tubuh selalu dalam keadaan sehat. Prana merupakan energi inti yang menghidupkan benda yang tidak bernyawa menjadi mahluk  biologis yang berjiwa dan berkembang, prana lebih halus dari padaudara yang merupakan energi pokok yang ada dalam segala sesuatu di alam semesta ini(Satya nanda Saraswati 2002: 301). Dalam tubuh manusia prana mengalir sebagai lima aliran utama yang disebut lima wayu diantaranya:
5. Pratyahara
Adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyatan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut : Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam. Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.

6. Dharana
Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.

7.   Dhyana.
Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan : Artinya : Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi.

8.   Samadhi
Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga-yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu : 1) Samprajnatta-samadhi atau Sabija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran, dan 2) Asamprajnata-samadhi atau Nirbija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena bathinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-samadhi maupun Nirbija-samadhi, seorang yogin merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memiliki apapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari “catur kalpana” (yaitu : tahu, diketahui, mengetahui, Pengetahuan), tidak lalai, tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah pintu gerbang menuju Moksa, karena unsur-unsur Moksa sudah dirasakan oleh seorang yogin. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian Moksa.  Katha Upanisad II.3.1. : Yada pancavatisthante, jnanani manasa saha, buddhis ca na vicestati, tam ahuh paramam gatim,  Artinya : Bilamana Panca Indria dan pikiran berhenti dari kegiatannya dan buddhi sendiri kokoh dalam kesucian, inilah keadaan manusia yang tertinggi.

3.1    Kesimpulan
Yoga sebagai sebuah cara atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik. Astangga yoga merupakan tahapan-tahapan yang harus dijalankan bagi seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritual. Astangga Yoga berarti delapan tahapan yang harus dilaksanakan dalam beryoga. Bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Prathyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), DHYANA (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).
Aplikasi dari ajaran Astangga Yoga di jaman Kali Yuga ini masih sangat minim. Hal itu disebabkan karena jaman globalisasi membuat pola pikir seseorang untuk benar-benar berniat mengamalkan ajaran ini masih cukup rendah. Jika kita telusuri apa yang disebut Yoga oleh orang-orang moden sangat jauh berbeda dari sistem Yoga aslinya. Saat ini orang-orang hanya fokus mempraktekkan tingkatan Raja Yoga yang ketiga dan yang keempat, yaitu Asana (sikap duduk) dan Pranayama (teknik pernapasan) dan semata-mata hanya untuk alasan kesehatan, umur panjang bahkan meningkatkan nafsu birahai semata. Walaupun secara material bermanfaat, namun mereka tidak memahami tujuan utama dari sistem Yoga itu sendiri.
Pada dasarnya Yoga berarti penghubungan atau pengaitan jiva individual dengan Yang Maha Kuasa, dengan kata lain tujuan utama dari sistem Yoga adalah untuk menghubungkan diri kita yang rendah dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan semata-mata hanya untuk kepentingan kesehatan dan hal-hal material lainnya. Dengan demikian syarat utama yang dimiliki oleh seorang calon praktisi Yoga adalah kepercayaan akan adanya Tuhan. Seorang yang atheis tidak bisa mengikuti sistem ini. Kalaupun dia mengikutinya, dia hanya akan mentok sampai pada tingkatan asana dan pranayama yang tujuannya hanya sebatas kesehatan fisik. Disamping itu, seorang praktisi Yoga juga harus memiliki dasar moral dan disiplin tinggi. Meskipun dikatakan bahwa selama kita ada dalam tubuh manusia, tidak perduli berapa umur kita, jenis kelamin dan kondisi fisik, namun tanpa dasar moral yang baik dipastikan seseorang tidak akan pernah bisa menapak sistem Yoga. Karena itulah dua tingkatan pertama Raja Yoga adalah Yama dan Nyama Bratha. Seseorang yang masih memelihara sifat kejam, suka mabuk dan kejahatan-kejahatannya otomatis akan gugur dengan sendirinya.

3.2    Saran-Saran
Sebagai generasi muda Hindu yang menuntut pendidikan formal di perguruan tinggi bernafaskan Hindu sudah semestinya kita menjadi pioneer dalam melaksanakan Astangga Yoga tersebut. Karena ajaran yang universal ini apabila dijalankan dengan penuh ketulusan hati kita pasti akan sampai pada cita-cita yang diharapkan yaitu manunggaling dengan Kawula Gusti. Memahami yoga lebih dalam lagi akan membantu meluruskan persepsi seseorang yang kurang akan informasi tentang Yoga yang telah mengundang persepsi keliru dan tidak sedikit di kalangan awam. Yoga sering dikacaukan dengan Tapa, bahkan dengan sesuatu yang berbau takhayul. Atau memandangnya dari sudut pandang kegaiban dan kanuragan saja. Jadi ini menjadi momen baik bagi kita untuk lebih memahami yoga lagi.



















Daftar Pustaka
Ariasa Giri, I Made . 2006, Yoga Asanas, Pranayama, dan Meditasi . Denpasar: IHDN Denpasar
Somvir, Dr. 2006. Sehat Dengan Yoga dan Ayur weda. Paramita Surabaya
Swami Satya Prakas Saraswati, Patanjali Raja Yoga, Paramita Surabaya. 1996
Yudhiantara Kadek, 2006. Menyikapi Rahasia Yoga. Surabaya: Paramitha
http://Astangga Yoga.ucla.edu/portal/ucla/how-to-build-a-bigger-brain-91273.aspx
http://Sejarah Yoga.com/Hindu.phpt-681988

Tidak ada komentar:

Posting Komentar